Thursday, April 26, 2012

Bersyukur


1.)Dari aisyah ra. ia berkata; sesungguhnya nabi saw. selalu bangun untuk mengerjakan salat malam  sampai kedua kakinya bengkak,Aisyah bertanya; wahai rasulullah mengapa engkau berbuat demikian, sedangkan Allah telah mengampuni semua dosamu baik yang telah lampau maupun yang akan datang? ;Beliau menjawab 'apakah tidak sepantasnya jika aku menjadi seorang hambah yang slalu bersyukur (HR bukhari dan muslim)

2. Dari annas ra  ia berkata rasulullah saw bersabda ; Sesungguhnya Alloh sangat ridha kepada orang yang apabila makan ia memuji kepada - Nya  atau apabila minum ia memuji kepada Nya  karena merasa telah mendapatkan rahmat (Hr Muslim

Indahnya Qiyamul Lail

Qiyamul lail atau yang biasa disebut juga Sholat Tahajjud atau Sholat Malam adalah salah satu ibadah yang agung dan mulia , yang disyari’atkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala sebagai ibadah nafilah atau ibadah sunnah. Akan tetapi bila seorang hamba mengamalkannya dengan penuh kesungguhan, maka ia memiliki banyak keutamaan. Berat memang, karena memang tidak setiap muslim sanggup melakukannya.
Andaikan Anda tahu keutamaan dan keindahannya, tentu Anda akan berlomba-lomba untuk menggapainya. Benarkah ?

Ya, banyak nash dalam Alquran dan Assunnah yang menerangkan keutamaan ibadah ini. Di antaranya adalah sebagai berikut:
Pertama: Barangsiapa menunaikannya, berarti ia telah mentaati perintah Allah dan Rasul-Nya, sebagaimana dalam firman-Nya: “Dan pada sebagian malam hari, sholat tahajjudlah kamu sebagai ibadah nafilah bagimu, mudah-mudahan Rabb-mu mengangkatmu ke tempat yang terpuji.” (Al-Isro’:79) Dr. Muhammad Sulaiman Abdullah Al-Asyqor menerangkan: “At-Tahajjud adalah sholat di waktu malam sesudah bangun tidur. Adapun makna ayat “sebagai ibadah nafilah” yakni sebagai tambahan bagi ibadah-ibadah yang fardhu. Disebutkan bahwa sholat lail itu merupakan ibadah yang wajib bagi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, dan sebagai ibadah tathowwu’ (sunnah) bagi umat beliau.” ( lihat Zubdatut Tafsir, hal. 375 dan Tafsir Ibnu Katsir: 3/54-55)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda: “Sholat yang paling utama sesudah sholat fardhu adalah qiyamul lail (sholat di tengah malam).” (Muttafaqun ‘alaih)
Kedua : Qiyamul lail itu adalah kebiasaan orang-orang shalih dan calon penghuni surga. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman: “Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa itu berada dalam taman-taman surga dan di mata air-mata air, sambil mengambil apa yang diberikan oleh Rabb mereka. Sesungguhnya mereka sebelum itu (di dunia) adalah orang-orang yang berbuat kebaikan, (yakni) mereka sedikit sekali tidur di waktu malam, dan di akhir-akhir malam mereka memohon ampun (kepada Allah).” (Adz-Dzariyat: 15-18).
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Sebaik-baik lelaki adalah Abdullah (yakni Abdullah bin Umar bin Khaththab radhiyallahu ‘anhuma, -ed) seandainya ia sholat di waktu malam.” (HR Muslim No. 2478 dan 2479). Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah menasihati Abdullah ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma: “Wahai Abdullah, janganlah engkau menjadi seperti fulan, ia kerjakan sholat malam, lalu ia meninggalkannya.” (HR Bukhari 3/31 dan Muslim 2/185).
Ketiga : Siapa yang menunaikan qiyamul lail itu, dia akan terpelihara dari gangguan setan, dan ia akan bangun di pagi hari dalam keadan segar dan bersih jiwanya. Sebaliknya, siapa yang meninggalkan qiyamul lail, ia akan bangun di pagi hari dalam keadan jiwanya dililit kekalutan (kejelekan) dan malas untuk beramal sholeh.
Suatu hari pernah diceritakan kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang orang yang tidur semalam suntuk tanpa mengingat untuk sholat, maka beliau menyatakan: “Orang tersebut telah dikencingi setan di kedua telinganya.” (Muttafaqun ‘alaih).
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga menceritakan: “Setan mengikat pada tengkuk setiap orang diantara kalian dengan tiga ikatan (simpul) ketika kalian akan tidur. Setiap simpulnya ditiupkanlah bisikannya (kepada orang yang tidur itu): “Bagimu malam yang panjang, tidurlah dengan nyenyak.” Maka apabila (ternyata) ia bangun dan menyebut nama Allah Ta’ala (berdoa), maka terurailah (terlepas) satu simpul. Kemudian apabila ia berwudhu, terurailah satu simpul lagi. Dan kemudian apabila ia sholat, terurailah simpul yang terakhir. Maka ia berpagi hari dalam keadaan segar dan bersih jiwanya. Jika tidak (yakni tidak bangun sholat dan ibadah di malam hari), maka ia berpagi hari dalam keadaan kotor jiwanya dan malas (beramal shalih).” (Muttafaqun ‘alaih)
Keempat : Ketahuilah, di malam hari itu ada satu waktu dimana Allah Subhanahu wa Ta’ala akan mengabulkan doa orang yang berdoa, Allah akan memberi sesuatu bagi orang yang meminta kepada-Nya, dan Allah akan mengampuni dosa-dosa hamba-Nya bila ia memohon ampunan kepada-Nya.
Hal itu sebagaimana yang disebutkan oleh Rasulullah dalam sabda beliau: “Di waktu malam terdapat satu saat dimana Allah akan mengabulkan doa setiap malam.” (HR Muslim No. 757). Dalam riwayat lain juga disebutkan oleh beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam: “Rabb kalian turun setiap malam ke langit dunia tatkala lewat tengah malam, lalu Ia berfirman: “Adakah orang yang berdoa agar Aku mengabulkan doanya?” (HR Bukhari 3/25-26). Dalam riwayat lain disebutkan, bahwa Allah Subhanahu wa Ta’ala juga berfirman: “Barangsiapa yang memohon ampun kepada-Ku, niscaya Aku mengampuninya, siapa yang memohon (sesuatu) kepada-Ku, niscaya Aku pun akan memberinya, dan siapa yang berdoa kepada-Ku, niscaya Aku akan mengabulkannya.” Hal ini terus terjadi sampai terbitnya fajar. (Tafsir Ibnu Katsir 3/54)

Kesungguhan Salafus Shalih untuk menegakkan Qiyamul lail
Disebutkan dalam sebuah riwayat, bahwa tatkala orang-orang sudah terlelap dalam tidurnya, Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu justru mulai bangun untuk shalat tahajjud, sehingga terdengar seperti suara dengungan lebah (yakni Al-Qur’an yang beliau baca dalam sholat lailnya seperti dengungan lebah, karena beliau membaca dengan suara pelan tetapi bisa terdengar oleh orang yang ada disekitarnya, ed.), sampai menjelang fajar menyingsing.
Al-Imam Al-Hasan Al-Bashri rahimahullah pernah ditanya: “Mengapa orang-orang yang suka bertahajjud itu wajahnya paling bercahaya dibanding yang lainnya?” Beliau menjawab: “Karena mereka suka berduaan bersama Allah Yang Maha Rahman, maka Allah menyelimuti mereka dengan cahaya-Nya.”
Abu Sulaiman berkata: “Malam hari bagi orang yang setia beribadah di dalamnya, itu lebih nikmat daripada permainan mereka yang suka hidup bersantai-santai. Seandainya tanpa adanya malam, sungguh aku tidak suka tinggal di dunia ini.”
Al-Imam Ibnu Al-Munkadir menyatakan : “Bagiku, kelezatan dunia ini hanya ada pada tiga perkara, yakni qiyamul lail, bersilaturrahmi dan sholat berjamaah.”
Al-Imam Hasan Al-Bashri juga pernah menegaskan: “Sesungguhnya orang yang telah melakukan dosa, akan terhalang dari qiyamul lail.” Ada seseorang yang bertanya: “Aku tidak dapat bangun untuk untuk qiyamul lail, maka beritahukanlah kepadaku apa yang harus kulakukan?” Beliau menjawab : “Jangan engkau bermaksiat (berbuat dosa) kepada-Nya di waktu siang, niscaya Dia akan membangunkanmu di waktu malam.”(Tazkiyyatun Nufus, karya Dr Ahmad Farid)
Pembaca yang budiman, inilah beberapa keutamaan dan keindahan qiyamul lail. Sungguh, akan merasakan keindahannya bagi orang yang memang hatinya telah diberi taufik oleh Allah Ta’ala, dan tidak akan merasakan keindahannya bagi siapa pun yang dijauhkan dari taufik-Nya. Mudah-mudahan, kita semua termasuk diantara hamba-hamba-Nya yang diberi keutamaan menunaikan qiyamul lail secara istiqamah. Wallahu waliyyut taufiq.


Sumber artikel : http://www.salafy.or.id/print.php?id_artikel=113

Sunday, April 22, 2012

Doa Mohon Keselamatan Dunia Dan Akhirat

Keselamatan dunia dan akhirat adalah cita-cita setiap muslim. Karena itu, seorang muslim tidak hanya mengejar kehidupan dunia, tetapi juga akhirat. Tidak hanya kehidupan akhirat, tetapi juga dunia. Keduanya berjalan seiring sejalan. Walaupun tentu saja ketika kedua kepentingan ini bertentangan, maka kehidupan akhirat yang lebih didahulukan, karena ia lebih abadi, sedangkan dunia bersifat fana.
Keinginan untuk selamat di dua alam ini tercermin dalam doa di bawah ini. Selain itu, doa ini juga mengandung permohonan yang diselamatkan tidak hanya pendoa, tetapi juga keluarga dan hartanya. Terkandung juga permintaan agar dijaga dari segala penjuru. Sungguh doa ini cukup komplit.
Bacaan Doa Mohon Keselamatan Dunia Dan Akhirat
“Allaahumma innii as’alukal ‘afwa wa ‘aafiyata fid dunyaa wal aakhirati. Allaahumma innii as’alukal ‘afwa wal ‘aafiyata fi diinii wa dunyaaya wa ahlii wa maalii. Allaahummastur ‘auratii wa aamin rau’atii. Allaahummahfazni min baini yadayya wa min khalfii wa ‘an yamiinii wa ‘an syimaalii wa min fauqii wa a’uuzu bi’azamatika an ugtaala min tahtii.”
Arti Doa Mohon Keselamatan Dunia Dan Akhirat
“Ya Allah, aku memohon kepada-Mu ampunan dan keselamatan di dunia dan akhirat. Ya Allah, aku memohon kepada-Mu ampunan dan keselamatan dalam agamaku, duniaku, keluargaku, dan hartaku. Ya Allah, tutupilah kesalahanku dan amankanlah rasa ketakutanku. Ya Allah, jagalah diriku, baik dari depan maupun dari belakang, dari kanan maupun dari kiri, dan dari atasku. Dan aku memohon perlindungan dengan kebesaran-Mu agar tidak diculik dari arah bawahku. (H.R. Abu Daud)”
* Mohon maaf, untuk teks / tulisan Arab untuk saat ini belum bisa ditampilkan. Tapi insya'allah tulisan bacaan di atas sudah sesuai dengan bacaan bahasa Arab-nya, termasuk panjang pendek dan tajwid-nya. Apabila ada kesalahan, harap disampaikan pada form komentar di bawah.

Doa / dzikir yang mungkin berhubungan:  Doa Mohon Kebaikan Agama, Dunia, dan AkhiratDoa Sapu JagadDoa Mohon Dijauhkan Dari DengkiDoa Mohon Kebaikan Dunia dan AkhiratDoa Mohon Ketetapan Iman,  .

Cara Sukses dan Bahagia, Mau?

Anda Sangat Layak Kaya dan Bahagia Dunia Akhirat! Anda Pasti Bisa! Saudaraku... Kaya adalah akibat, Cara dan kuncinya ada dalam diri Anda. Mari kita Wujudkan bersama, Jika kita belum sempat Bersua, maka mari ikatkan hati kita dengan Iman dan saling mendo'akan.Bisa!

Cara Kaya

inilah Cara Kaya atas nasehat Ustad Yusuf Mansur,

1. Shalat Dhuha 4 rakaat (dilaksanakan dalam 2 rakaat – 2 rakaat) dapat membuka pintu rizqi

2. Meminta pada Allah saat Shalat Tahajjud
3. Memelihara dan memberi makan anak yatim
4. Sedekah 10% dari penghasilan, karena 2,5% saja tidak cukup
5. Sedekah 10% dari jumlah yang diinginkan. Dengan konsep ini, jika kita ingin membeli rumah seharga Rp 100 juta, maka kita harus bersedekah sekitar Rp 10 juta terlebih dahulu.

Karena beginilah matematika sedekah menurut Ustad Yusuf Mansur 10 – 1 = 19

Dalam matematika biasa memang 10 – 1 adalah 9. Namun karena Allah menjanjikan balasan 10x lipat, maka minimal kita akan mendapatkan 19. Jika perhitungan dilanjutkan maka akan seperti ini:

10 – 2= 28
10 – 3= 37
10 – 4= 46
10 – 5= 55
10 – 6= 64
10 – 7= 73
10 – 8= 82
10 – 9= 91
10 – 10= 100

Jadi sekarang agak ‘masuk akal’ kan jika ingin beli rumah Rp 100 juta maka harus bersedekah Rp 10 juta dulu :)

Tambahan dari saya mungkin bisa dicoba. Saya selama ini bersedekah untuk sesuatu yang sifatnya dapat berlipat ganda. Misalnya, sedekah untuk pendidikan anak, sedekah untuk alat ibadah, dll, yang kemungkinan pahalanya dapat saya bawa hingga mati(karena terus mengalir).

Kiat sukses dunia akhirat dari Nabi

Malu rasanya sering mengutip kiat sukses dari orang barat. Maka yang ini kiat dari Rasulullah. Dijamin lebih mustajab. Saya kutip dari situs Renungan Islam.
HADIS MUTHAHHARAH
Dari Sayyidina Khalid bin Al-Walid Radiallahu’anhu telah berkata : Telah datang seorang arab desa kepada Rasulullah S.A.W yang mana dia menyatakan tujuannya : Wahai Rasulullah! sesungguhnya kedatanganku ini adalah untuk bertanya kepada engkau mengenai apa yang akan menyempurnakan diriku di dunia dan akhirat. Maka baginda S.A.W telah berkata kepadanya Tanyalah apa yang engkau kehendaki :
Dia berkata : Aku mau menjadi orang yang alim
Baginda S.A.W menjawab : Takutlah kepada Allah maka engkau akan jadi orang yang alim
Dia berkata : Aku mau menjadi orang paling kaya
Baginda S.A.W menjawab : Jadilah orang yang yakin pada diri engkau maka engkau akan jadi orang paling kaya
Dia berkata : Aku mau menjadi orang yang adil
Baginda S.A.W menjawab : Kasihanilah manusia yang lain sebagaimana engkau kasih pada diri sendiri maka jadilah engkau seadil-adil manusia
Dia berkata : Aku mau menjadi orang yang paling baik
Baginda S.A.W menjawab: Jadilah orang yang berguna kepada masyarakat maka engkau akan jadi sebaik-baik manusia
Dia berkata : Aku mau menjadi orang yang istimewa di sisi Allah Baginda S.A.W menjawab : Banyakkan zikrullah niscaya engkau akan jadi orang istimewa di sisi Allah
Dia berkata : Aku mau disempurnakan imanku Baginda S.A.W menjawab : Perelokkan akhlakmu niscaya imanmu akan sempurna
Dia berkata : Aku mau termasuk dalam golongan orang yang muhsinin (baik)
Baginda S.A.W menjawab : Beribadatlah kepada Allah seolah-olah engkau melihatNya dan jika engkau tidak merasa begitu sekurangnya engkau yakin Dia tetap melihat engkau maka dengan cara ini engkau akan termasuk golongan muhsinin
Dia berkata : Aku mau termasuk dalam golongan mereka yang taat Baginda S.A.W menjawab : Tunaikan segala kewajipan yang difardhukan maka engkau akan termasuk dalam golongan mereka yang taat
Dia berkata : Aku mau berjumpa Allah dalan keadaan bersih daripada dosa Baginda S.A.W menjawab : Bersihkan dirimu daripada najis dosa niscaya engkau akan menemui Allah dalam keadaan suci daripada dosa
Dia berkata : Aku mau dihimpun pada hari qiamat di bawah cahaya Baginda S.A.W menjawab : Jangan menzalimi seseorang maka engkau akan dihitung pada hari qiamat di bawah cahaya
Dia berkata : Aku mau dikasihi oleh Allah pada hari qiamat Baginda S.A.W menjawab : Kasihanilah dirimu dan kasihanilah orang lain niscaya Allah akan mengasihanimu pada hari qiamat
Dia berkata : Aku mau dihapuskan segala dosaku Baginda S.A.W menjawab : Banyakkan beristighfar niscaya akan dihapuskan( kurangkan ) segala dosamu
Dia berkata : Aku mau menjadi semulia-mulia manusia Baginda S.A.W menjawab : Jangan mengesyaki sesuatu perkara pada orang lain niscaya engkau akan jadi semulia-mulia manusia
Dia berkata : Aku mau menjadi segagah-gagah manusia Baginda S.A.W menjawab : Sentiasa menyerah diri (tawakkal) kepada Allah niscaya engkau akan jadi segagah-gagah manusia
Dia berkata : Aku mau dimurahkan rezeki oleh Allah Baginda S.A.W menjawab : Sentiasa berada dalam keadaan bersih ( dari hadas ) niscaya Allah akan memurahkan rezeki kepadamu
Dia berkata : Aku mau termasuk dalam golongan mereka yang dikasihi oleh Allah dan rasulNya Baginda S.A.W menjawab : Cintailah segala apa yang disukai oleh Allah dan rasulNya maka engkau termasuk dalam golongan yang dicintai oleh Mereka
Dia berkata : Aku mau diselamatkan dari kemurkaan Allah pada hari qiamat Baginda S.A.W menjawab : Jangan marah kepada orang lain niscaya engkau akan terselamat daripada kemurkaan Allah dan rasulNya
Dia berkata : Aku mau diterima segala permohonanku Baginda S.A.W menjawab : Jauhilah makanan haram niscaya segala permohonanmu akan diterimaNya
Dia berkata : Aku mau agar Allah menutupkan segala keaibanku pada hari qiamat
Baginda S.A.W menjawab : Tutuplah keburukan orang lain niscaya Allah akan menutup keaibanmu pada hari qiamat
Dia berkata : Siapa yang terselamat daripada dosa?
Baginda S.A.W menjawab : Orang yang sentiasa mengalir air mata penyesalan,mereka yang tunduk pada kehendakNya dan mereka yang ditimpa kesakitan
Dia berkata : Apakah sebesar-besar kebaikan di sisi Allah? Baginda S.A.W menjawab : Elok budi pekerti, rendah diri dan sabar dengan ujian ( bala )
Dia berkata : Apakah sebesar-besar kejahatan di sisi Allah? Baginda S.A.W menjawab : Buruk akhlak dan sedikit ketaatan
Dia berkata : Apakah yang meredakan kemurkaan Allah di dunia dan akhirat ? Baginda S.A.W menjawab : Sedekah dalam keadaan sembunyi ( tidak diketahui ) dan menghubungkan kasih sayang
Dia berkata: Apakah yang akan memadamkan api neraka pada hari qiamat? Baginda S.A.W menjawab : sabar di dunia dengan bala dan musibah

7 kunci SUKSES Dunia Akhirat


 
7  kunci SUKSES Dunia Akhirat


SUKSES dunia akhirat pasti impian semua orang. bermacam definisi SUKSES dunia akhirat,seperti KAYA masuk SURGA, jadi presiden masuk SURGA, jadi pengusaha masuk SURGAataupun yang lainnya, yang menggambarkan SUKSES dunia akhirat. yang KAYA, yang punyaKEKUASAAN sering dikatakan SUKSES. semua orang pasti ingin SUKSES, terutama SUKSES dunia akhirat. kitapun bisa mendefinisikan SUKSES untuk kita sendiri. dan apapun definisi yangkita dapatkan, itulah sukses untuk kita.

SUKSES yang bisa dibuka dengan kunci-kunci unik yang ternyata tidak jauh dari aktivitas keseharian kita.kita anggap saja SUKSES dunia akhirat itu dapat dibuka dengan 7 kunci, karena ia berada dalam ruang dengan 7 pintu yang terkunci. dan inilah 7 kunci yang dapat membuka pintu-pintu itu:

1. taubatan nasuhaini kunci yang paling penting dari kunci-kunci yang lainnya. ini kunci pertama yang dapat membuka pintu kesuksesan. dengan taubat, pintu kesuksesan akan terbuka. harga dari sebuah taubat itu tidak terhingga. ALLAH pun tidak pernah bosan untuk menerima hamba-Nya yangdatang untuk bertaubat. saat kita datang kepada ALLAH untuk bertaubat, saat itu pula kitadiampuni. kita akan bersih kembali, sehingga kita bisa melangkah untuk membuka pintu-pintu kesuksesan yang lain.

2. shalat wajib awal waktu (khusus laki-laki di masjid)mengapa? karena sholat adalah amalan yang pertama kali dihisab oleh ALLAH. kalau sholatnya baik, maka amalan yang lain baik, kalau sholatnya buruk, maka amalan yang lain buruk. dansholat awal waktu adalah sebuah kebaikan tersendiri. bukankah kita tidak ingin dianggap lalai jika kita tidak sholat awal waktu? jadi, jangan telat sholat wajib apalagi ga sholat.

3. lakukan shalat sunat qobliyah dan ba’diyahkita sering mendengar bahwa sholat sunat itu dapat menyempurnakan sholat wajib. ada pula ideyang menyatakan bahwa sholat sunat ini dapat mengangkat sholat wajib agar sampai kepadaALLAH. analoginya seperti seekor burung dengan dua buah sayap. seekor burung tidak dapatterbang tanpa sayap. begitu pula sholat wajib, mungkin tidak akan sampai kalau tidak pake sholatsunat. dan sholat sunat yang dianjurkan adalah shalat sunat rawatib, yaitu qobliyah dan ba’diyahini.

4. lakukan shalat dhuhashalat dhuha ini banyak sekali fadilahnya. lakukan saja 2, 4, 6, 8, 10, atau 12 rokaat. kalau bisaminimalnya 4 rokaat dengan 2x salam. sebelum kita melakukan aktivitas keseharian kita,lakukanlah sholat dhuha, insya ALLAH ini pun dapat membuka salah satu pintu kesuksesan.

5. lakukan sholat tahajud dan witir  bangunlah di sebagian atau sepertiga malam yang terakhir untuk melakukan sholat tahajud. padawaktu itu, ALLAH benar-benar turun untuk ‘mengunjungi’ hamba-Nya. jadi, pada saat itu,sambutlah ‘kedatangan’ ALLAH dengan sujud kepada-Nya dalam keadaan bersih, rapi, suci darikotoran dan najis. tidak ada do’a yang tidak dikabulkan oleh ALLAH, apalagi disaat kita mau berkorban dengan menyerahkan waktu yang terbaik kita untuk ALLAH. disaat enak-enaknyatidur, kita bangun untuk menyambut ALLAH. wah, insya ALLAH, pintu kesuksesan akanlangsung terbuka.

6. sedekah yang terbaik sedekahkan apa yang terbaik yang kita punya. makin baik sedekah kita, makin mudah kitamembuka pintu kesuksesan. memang tidak apa-apa kita sedekah dengan sesuatu yang kita sebutdengan ’sisa’, tapi itu berarti kita tidak memberikan yang terbaik. bukankah ALLAH telah memberikan kita yang terbaik? dan kita pun menginginkan sesuatu yang terbaik? maka,sedekahlah dengan sedekah yang terbaik.

7. Berbuat baiklah dan tinggalkan perbuatan buruk dengan berbuat baik, hati kita akan bersih. kita tidak memiliki noda sehingga ALLAH akanmemudahkan kita untuk meraih kesuksesan yang kita impikan.itulah 7 kunci SUKSES dunia akhirat. lakukan hal ini minimal 40 hari, rasakan apa yang terjadi pada diri kita. insya ALLAH, kesuksesan dunia akhirat akan kita raih.PERCAYALAH! BUKTIKAN saja! wallahu a’lam

Copyediting Yang Baik dan Benar

Copy Editing Yang Baik dan Benar By Bambang Trim

Profesi editor masih saja asing di telinga kebanyakan orang Indonesia, bahkan di dunia. Karena itu, wajar jika tak banyak yang tahu tentang profesi yang satu ini sehingga bisa dimaklumi hampir tak ada orang yang bercita-cita menjadi editor. Lalu, mengapa tetap ada orang yang kemudian berkiprah menjadi editor? Ya, mereka itu orang yang kebetulan “terperosok” dalam dunia penerbitan buku dan para autodidak. Tidak percaya?
Fakta di AS menyebutkan bahwa 80% editor yang diteliti tidak langsung memiliki keinginan untuk menjadi editor. Kebanyakan editor yang menceburi diri dalam industri perbukuan secara kebetulan atau accidental. Hasil penelitian dari The Association of American Publishing (1977) menemukan bahwa sebagian besar editor buku umum dan pendidikan tinggi di AS menekuni pekerjaan lain sebelum menjadi editor. Kebanyakan mereka memasuki bidang penerbitan secara kebetulan; karena hubungan keluarga, karena tidak tahu apa bidang yang sesuai, dan karena mencintai buku atau karena mau jadi penulis, tetapi tidak tahu caranya. Hanya segelintir orang yang benar-benar mempersiapkan diri dalam dunia penerbitan.
Dalam kajian Coser, Kadushin, dan Powell (1982) ditemukan bahwa pekerjaan sebagai editor dianggap kedudukan yang paling tinggi dalam dunia penerbitan. Sembilan puluh persen dari editor yang diselidiki oleh mereka juga tidak mempunyai cita-cita awal menjadi editor. Nah lho!
Mengapa sih perlu ada makhluk yang bernama editor dan sampai-sampai ada orang yang akhirnya menetapkan jalan hidupnya sebagai editor? Secara logika jika melihat perkembangan penerbitan buku di dunia, termasuk di Indonesia sedemikian pesatnya, tentu masyarakat itu akan mafhum bahwa mereka memang semestinya tidak mendapatkan bahan bacaan yang amburadul. Para editor itu ternyata diperlukan untuk menjernihkan makna sebuah tulisan, membuatnya enak dibaca, dan memotivasi minat membaca. Dengan jutaan buku yang terbit setiap bulannya, tentu peluang untuk pekerjaan yang misterius ini terbuka lebar sehingga ada orang yang secara sengaja maupun tidak sengaja akhirnya berkecimpung di sana dan tak mau kembali lagi.
Tentang Copyeditor: Sejenis Editor
Dari beberapa jenis editor yang sebenarnya dikenal dalam dunia penerbitan, yang paling populer adalah copyeditor—sering juga disebut editor kopi atau editor nas. Copyeditor dengan pekerjaannya copyediting memang menjadi model paling mudah untuk menjelaskan pekerjaan seorang editor. Akan tetapi, tak banyak juga penerbit yang mengerti apa beda seorang copyeditor dengan editor-editor lainnya (seperti right editor atau acquiring editor). Kebanyakan profesi copyeditor ini di Indonesia disebut tunggal saja yaitu editor—yang melakukan pekerjaan editing naskah, mencari naskah, bernegosiasi, menguruskan perizinan, dan sejumlah pekerjaan lainnya yang sebenarnya spesifik biasa dikerjakan oleh editor jenis tertentu.
Seorang copyeditor sebenarnya hanya melakukan pekerjaan standar editorial. Dalam “kasta” editor sebagai jenjang karier, ia termasuk yang paling rendah atau setingkat dengan staf editor jenis lainnya. Namun, ia menjadi garda depan dalam tugas editorial sebagai pembaca dan penilai awal naskah. Dua kegiatan besar yang dilakukan dalam proses copyediting adalah baca pertama (first editing) dan editing mekanik (mechanical editing).
Karena belum populernya editologi diajarkan di Indonesia sama halnya dengan profesi itu sendiri, sering proses copyediting tidak sepenuhnya dipahami dengan baik dan benar oleh editor-editor pemula di Indonesia. Ada bagian-bagian terlewat, etika yang dilanggar, dan pemahaman akan profesi yang kurang. Untuk itu, lewat tulisan ini saya coba berbagi pengalaman dan juga pandangan tentang copyediting yang baik dan benar. Dengan demikian, para copyeditor dapat bersikap profesional dalam menyikapi sebuah naskah, perkembangan teknologi, maupun tren penerbitan buku. Saya mulai dari dua kegiatan besar copyediting tadi.
Baca Pertama
Baca pertama dilakukan pada naskah (hardcopy) untuk menilai kekuatan ataupun kelemahan naskah. Pada proses baca pertama, seorang copyeditor dapat membubuhkan tanda-tanda koreksi maupun tanda tanya untuk mengoreksi naskah. Pada tahap ini pula seorang copyeditor dapat memeriksa kelengkapan naskah, teknik penyajian, dan kesesuaian naskah dengan gaya selingkung (house style) penerbit.
Dengan kemajuan komputer sekarang, banyak juga penulis/pengarang menyertakan softcopy naskah dalam bentuk file. Kekeliruan utama copyeditor adalah jika ia mencoba melakukan baca pertama lewat naskah softcopy ini melalui media komputer. Akurasi membaca di layar monitor komputer tidaklah akan sebaik membaca naskah tercetak karena mata manusia memiliki keterbatasan. Hal ini kerap terjadi pada editor-editor pemula yang menganggap bekerja langsung dengan cara “emon” (edit monitor—istilah baru para editor) adalah cara yang paling efektif dan modern. Padahal, kerap terjadi terlewatnya kekeliruan naskah atau hilangnya konsentrasi baca karena kelelahan mata.
Proses baca pertama ini penting dan tidak boleh dilewatkan untuk dapat menakar kualitas naskah. Yang perlu dipahami bahwa saat baca pertama, seorang copyeditor jangan terlalu berkonsentrasi mencari kesalahan naskah (seperti EYD, kalimat, ataupun kebenaran fakta). Namun, yang dilakukan adalah proses memaknai naskah. Jika digambarkan dengan segitiga, prosesnya: baca pertama-pahami-maknai. Jadi, seorang copyeditor harus dapat menemukan ‘benang merah” dari naskah. Seutas “benang merah” naskah dapat ditemukan apabila naskah tersebut dapat menjawab pertanyaan berikut ini:
1. Apakah isi naskah sesuai dengan visi dan misi penerbit?
2. Apakah naskah memenuhi syarat penampilan fisik yang ditetapkan penerbit?
3. Apakah naskah memiliki kelengkapan anatomi naskah?
4. Apakah naskah menyajikan topik menarik (unik, belum pernah dibahas, lebih lengkap, kontroversi, dsb.)?
5. Apakah pola penulisan naskah sudah sesuai dengan gaya selingkung penerbit?
6. Apakah bahasa yang digunakan pada naskah sudah sesuai dengan kaidah bahasa yang standar?
7. Apakah maksud atau pesan penulis/pengarang akan mudah tertangkap oleh pembaca?
Pertanyaan-pertanyaan tadi dapat saja ditambahkan lagi oleh penerbit atau para copyeditor untuk mendeteksi kelayakan terbit sebuah naskah. Jadi, inti baca pertama adalah menilai naskah, bukan untuk mengoreksinya. Adapun pembubuhan tanda-tanda koreksi berguna untuk melihat seberapa besar kekeliruan yang ditemukan dalam naskah ketika dibaca. Naskah yang mengandung banyak kekeliruan tentu akan mendapatkan catatan khusus.
Jika kemungkinan besar naskah dianggap bagus dan layak untuk diterbitkan, seorang copyeditor sebaiknya sudah bisa membayangkan bagaimana naskah tersebut nantinya dibuat. Di sinilah pengetahuan editor tentang spesifikasi produksi buku, desktop publishing dan desain komunikasi grafis sangat diperlukan. Copyeditor harus memiliki gagasan pengemasan buku yang nantinya dapat disarankan kepada para penulis/pengarang dan juga kepada managing editor atau chief editor.
Dalam praktik di penerbit-penerbit Indonesia, terkadang tugas copyeditor yang terakhir ini dibelenggu oleh asumsi bahwa mereka hanya tukang ngedit belaka. Mereka dibuat hanya peka pada kekeliruan dalam naskah dan memperbaikinya, tetapi menjadi tidak peka bagaimana buku itu kelak jadinya. Akibatnya, editor-editor seperti ini kadang hanya menggunakan otak kiri mereka (logika, kebenaran data dan fakta, keterbacaan, kebenaran teori) tanpa mengaktifkan otak kanan (empati, kreativitas, inovasi).
Editing Mekanik
Editing mekanik adalah proses selanjutnya setelah naskah dinyatakan layak lewat proses baca pertama. Disebut mekanik karena editing dilakukan secara manual oleh para copyeditor dengan cara membubuhkan tanda-tanda koreksi ke dalam naskah cetak coba atau pruf (naskah yang sudah diset dan dilayout selayaknya halaman buku). Secara standar editing mekanik ini dilakukan dengan dua sampai tiga kali editing pruf.
Untuk kerja ini copyeditor dianjurkan menggunakan bolpoin berwarna cerah, kertas post-it untuk menempelkan perbaikan kalimat atau paragraf, spidol pewarna (stabillo) untuk menandai kata atau kalimat khusus, dan tanda-tanda koreksi yang disepakati atau telah menjadi gaya selingkung penerbit. Copyeditor sebaiknya tidak menggunakan pensil karena memperlihatkan rasa tidak percaya diri dan juga sulit untuk dilihat. Pun tidak dianjurkan menggunakan tanda-tanda koreksi yang tidak standar karena dapat menimbulkan miscommunication dengan layouter.
Sekali lagi dalam proses editing mekanik ini kerap copyeditor juga mengambil jalan pintas dengan melakukan edit monitor. Cara ini sangat tidak dianjurkan meskipun tampaknya akan lebih cepat. Pertama, copyeditor akan mengambil alih tugas layouter yang mungkin juga malah mengambil alih penggunaan alat kerjanya. Kedua, editing jenis ini diragukan akurasinya karena banyak kata atau kalimat yang bisa terlewat, apalagi kalau harus melakukan editing berat akan sangat berbahaya kalau tidak piawai menulis.
Dalam proses editing mekanik inilah seorang copyeditor menjaga betul 7 aspek editing yang terkenal itu: 1) keterbacaan dan kejelasan; 2) konsistensi; 3) kebenaran bahasa; 4) gaya penulisan; 5) ketelitian fakta dan data; 6) legalitas dan kesopanan; 7) rincian produksi. Memang pada praktiknya menjaga 7 aspek tadi sangatlah berat dan memerlukan kemampuan ekstra seorang copyeditor. Karena itu, layak juga kalau dalam dunia editor ada istilah “jam terbang” untuk menilai tingkat kepiawaian seorang editor.
Nanti mungkin akan tiba masa seorang copyeditor harus melakukan editing berat. Herman Holtz dalam bukunya yang sangat inspritatif How to Start and Run Writing and Editing Business menyatakan bahwa sangat tipis perbedaan antara editing berat dengan penulisan ulang (rewriting). Dalam konteks ini seorang copyeditor harus mendalami dahulu gaya bahasa penulisan, baru melakukan editing berat atau penulisan ulang—dalam arti mengubah beberapa kalimat atau satu paragraf dari naskah. Haruskah perubahan ini dikonsultasikan? Sebaiknya diberi tahu dan dikonsultasikan dengan penulis/pengarang yang bersangkutan agar copyeditor dapat tetap menjaga otoritas sang penulis/pengarang sembari menawarkan saran perbaikan.
Hasil editing mekanik berupa pruf terkoreksi harus disimpan dengan baik oleh copyeditor sampai pruf terbit menjadi buku dan sudah dipastikan aman. Ingat, penghilangan naskah baik sengaja maupun tidak sengaja oleh editor dianggap pelanggaran kode etik editing, termasuk penghilangan bukti editing pruf. Hasil editing tersebut nantinya dapat dijadikan bahan penyelidikan apabila dilakukan penelusuran terhadap kekeliruan di dalam buku. Pruf terkoreksi menjadi bukti dan fakta nyata apabila ditemukan kekeliruan pada buku yang mungkin disebabkan oleh keteledoran editor, keteledoran layouter/desainer, atau keteledoran petugas pracetak dan percetakan.
***
Prinsip yang harus dipegang teguh oleh seorang copyeditor adalah 4C, yaitu kejelasan (clarity), keterkaitan (coherency), ketaatasasan (concistency), dan kebenaran (correctness). Jadi, perlakukan naskah sebagaimana mestinya dengan tujuan menjadikan naskah tersebut benar-benar dapat dibaca, dipahami, dan menggerakkan pikiran pembacanya. Alhasil, pekerjaan seorang copyeditor tidak bisa dianggap remeh dengan alasan waktu ataupun naskah ditulis oleh seorang penulis/pengarang terkenal. Seorang copyeditor harus benar-benar profesional dengan melakukan persiapan matang dalam editing naskah.
Ada kalanya seorang copyeditor dibebani tugas mengedit dua naskah sekaligus. Bagaimana ia bisa menyikapi hal ini? Di sinilah seorang editor atau copyeditor itu dituntut kemampuan mengelola waktu, memecahkan masalah, dan mengambil keputusan. Karena itu, editor tidak hanya perlu cerdas intelektual, tetapi juga cerdas emosional. Ia harus bisa berkomunikasi dengan baik sehingga para penulis/pengarang tidak akan mempersulit dia, editor ahli mau memberi tahu dia, dan layouter senang mengikuti saran-sarannya.
Di sinilah asumsi bahwa editing atau copyediting itu sebenarnya juga sebuah seni. Buku yang baik tentu berasal dari hasil copyediting yang baik dan benar serta ditambah citarasa seni sang copyeditornya mengelola naskah hingga menjadi buku. Setiap buku memang pasti akan memiliki riwayat penyuntingannya masing-masing. Dan buku yang baik dengan riwayat penyuntingan yang membanggakan tentu akan menjadi sesuatu yang sangat berharga bagi copyeditor walau namanya tidak terangkat setinggi nama penulis/pengarangnya.
Demikianlah meskipun bidang profesinya tidak terkenal, sulit sebenarnya menjadi seorang copyeditor yang baik dan benar alias piawai. Copyeditor harus tidak melewatkan kesempatan mengedit naskah sebagai ujian kemampuan bagi jam terbangnya. Semoga tulisan ini sedikit banyaknya bisa membagi pencerahan itu.
sumber: http://danielcmahendra.wordpress.com/2007/05/01/copyediting-yang-baik-dan-benar/
sumber foto: http://www.pembelajar.com/nimages/754.jpg

Copyediting (Penyunting Naskah)


Penyunting Naskah

Pengertian menyunting naskah, yaitu menyiapkan naskah cetak siap cetak atau siap terbit dengan memperhatikan segi sistematika penyajian, isi, dan bahasa (ejaan, diksi, dan struktur bahasa (KBBI, 2001:1106)).

Orang yang melakukan pekerjaan menyunting disebut penyunting. Penyunting, yaitu orang yang bertugas menyiapkan naskah (KBBI, 2001: 1106).

Selanjutnya, kata penyuntingan bermakna proses, cara, perbuatan sunting-menyunting; segala sesuatu yang berhubungan dengan pekerjaan menyunting; pengeditan (KBBI, 2001: 1106).

Penyuntingan naskah adalah proses, cara atau perbuatan menyunting naskah.

Sebelum mulai menyunting naskah, seorang penyunting naskah harus mengetahui terlebih dahulu dasar-dasar penyuntingan yang meliputi kode etik penyuntingan naskah, pra-penyuntingan naskah, ruang lingkup penyuntingan, pasca-penyuntingan, dan syarat-syarat untuk menjadi penyunting naskah.


Copyeditor dalam struktur dan pembagian kerjanya

Chiep Editor adalah pemegang kedudukan tertinggi dibagian editorial yang mengontrol, mengelola, dan mengeluarkan keputusan strategis berkaitan dengan proses editorial (setingkat dengan manager).

Managing Editor adalah pengatur semua kegiatan teknis editorial yang dilaksanakan oleh para editor (setingkat dengan asisten manager).

Senior Editor adalah editor yang bertugas mengatur perencanaan pemerolehan naskah, negoisasi, penjadwalan pekerjaan editorial, serta memeriksa naskah dari segi substansinya (setingkat dengan kepala bagian).

Copyeditor adalah staf editor yang bertugas memeriksa dan memperbaiki naskah sesuai dengan gaya selingkung penerbit dan aturan kaidah yang berlaku.

Assistan Editor adalah pembantu editor untuk menangani hal-hal teknis dalam konteks pernaskahan ataupun diluar pernaskahan, serta administrasi naskah, pencarian referensi, atau pengaturan biaya editorial (setingkat dengan sekretaris redaksi).

Rights Editor adalah staf editor yang bertugas khusus mengurus hal-hal yang berkaitan dengan hak cipta, seperti copyright, ISBN, KDT, ataupun izin penerbitan dari pihak lain.

Picture editor adalah staf editor yang bertugas memeriksa dan memperbaiki bahan-bahan grafis untuk penerbitan, seperti ilustrasi, foto, label, peta, ataupun warna.


Editing adalah perpaduan antara keterampilan dan seni. Seseorang yang melakoninya paling tidak memiliki beberapa kcerdasan, seperti kecerdasan linguistic, kecerdasab visual, kecerdasan antarpersonal, dan kcerdasan interpersonal.


Copyediting penting?

Keinginan orang membaca ditentukan oleh judul menarik, isi buku yang dibutuhkan, kemasan yang baik, promosi yang gencar, dan penulis yang terkenal. Selain itu, keinginan baca seseorang juga selalu diikuti dengan harapan sebuah buku yang mudah dicerna/dipahami/ enak dibaca dan minus kesalahan. Harapan inilah yang ditumpukan pada proses copyediting yang dilakukan copyeditor.

Konstituen yang berkaitan dengan buku, yaitu penulis, penerbit, dan pembaca.
Penulis, yaitu orang yang menulis atau menyusun naskah.
Penerbit, yaitu institusi atau perusahan yang membiayai penerbitan atau percetakan buku.
Pembaca sasaran, yaitu masyarakat yang menjadi target pembaca dari buku yang diterbitkan.

Beberapa hal yang harus menjadi titik fokus copyediting, yakni:
  1. Anda tidak boleh merusak atau menghilangkan bagian-bagian naskah;
  2. Anda tidak boleh mengubah secara ceroboh maksud dari penulis;
  3. Anda tidak boleh molor atau melebihi waktu kritis dari tengat (deadline).


Copyediting dan Penangan Naskah

Objek dari copyediting adalah naskah yang diperoleh dari penulis. Dalam aktivitas penerbitan, dikenal dua jenis naskah, yaitu solicited manuscrift dan unsolicited manuscrift. Solicited adalah naskah pesanan yang dilakukan melalui pengadaan aktif (editor mencari penulis untuk mengerjakan naskah). Unsolicited adalah naskah kiriman yang diperoleh melalui pengadaan pasif (editor menunggu kiriman naskah dari penulis/ pengarang).

Menurut Pamusuk Eneste, ada beberapa sumber naskah, yaitu:
  1. naskah pesanan;
  2. naskah spontan;
  3. naskah terjemahan;
  4. naskah hasil sayembara;
  5. naskah yang dicari editor;
  6. naskah hasil kerja sama. (Buku Pintar Penyuntingan Naskah, 2005: 6).

Menurut Pamusuk Eneste tugas dari seorang penyunting naskah/ copyeditor dapat diperinci sebagai berikut:
1.      menyunting naskah dari segi kebahasaan (ejaan, diksi, struktur kalimat);
2.      memperbaiki naskah dengan persetujuan penulis/pengarang;
3.      membuat naskah mudah dibaca dan tidak membuat pembaca bingung;
4.      membaca dan mengoreksi cetak coba (pruf). (Buku Pintar Penyuntingan Naskah: 2005: 9).
Sedangkan tugas seorang editor adalah
  1. merencanakan naskah yang akan diterbitkan oleh penerbit;
  2. mencari naskah yang akan diterbitkan;
  3. mempertimbangkan naskah yang masuk ke penerbit;
  4. menyunting naskah dari segi isi/materi;
  5. memberi arahan kepada copyeditor;
  6. menyetujui naskah untuk dicetak;
  7. memberi saran terhadap rancangan kulit depan buku. (Buku Pintar Penyuntingan Naskah: 2005: 10-11).

Penangan naskah pada awal proses copyediting dilakukan setelah lolos seleksi dari Dewan Redaksi atau Dewan Editor pada rapat redaksi.
Naskah yang sudah disetujui penerbit untuk diterbitkan, mula-mula akan diserahkan kepada editor untuk disunting dari segi materi (substantial editing). Setelah itu, naskah diserahkan kepada copyeditor/ penyunting naskah untuk disunting dari segi kebahasaan (ejaan, diksi, struktur kalimat, dan lain-lain; disebut juga mechanical editing)


Tujuh kriteria naskah buku layak.
  1. naskah mengandung ide orisinil, terkini, atau kontroversial yang diprediksi akan diperlukan atau menimbulkan antusias banyak orang.
  2. naskah benar-benar bisa digarap dengan kemampuan, keahlian, serta wawasan yang dimiliki dan dikuasai penulis.
  3. naskah dilengkapi dengan pengayaan dari berbagai sumber terpercaya, termasuk memasukan pengalaman orang lain.
  4. naskah mengandung substansi yang mudah dijual.
  5. naskah diposisikan lebih unggul daripada buku sejenis yang sudah lebih dulu terbit.
  6. naskah ditulis dengan gaya penulisan yang tepat.
  7. naskah  terprediksi jelas siapa pembacanya.
    1. jenis kelamin
    2. tingkat usia
    3. profesi
    4. pendidikan
    5. kelas sosial




Alur Editorial

Biasanya, tahapan editorial berlangsung efektif tiga kali, yaitu dua kali copyediting dan satu kali proofreading.



Naskah

Editor, memberi saran, mengusahan perizinan, dsb..





Editing

Editor, mengedit dan memberi tanda untuk layouter.





Tata Letak

Layouter/ Desainer





Typestting

Typesetter





Dummy

Editor, penulis, dan Desainer untuk memeriksa





Artwork

Editor, penulis, dan Desainer untuk memeriksa





Pruf Awal

Editor, penulis, dan Desainer untuk memeriksa





Pruf Akhir

Editor, penulis, dan Desainer untuk memeriksa





Cetakan

Editor, penulis, desainer, dan departmen produksi untuk memeriksa


  1. Dalam proses editorial jangan lupa untuk mendokumentasikan naskah asli dengan cara perbanyakan fotokopi.
  2. Pra-edit adalah proses mendeteksi awal kelemahan-kelemahan yang terdapat dalam naskah.
  3. Pasca-edit adalah proses koreksi setelah copyediting dilakukan. Proses ini disebut juga proofreading.
  4. Poin penting dalam penangan naskah adalah 3Q. Q yang pertama adalah quick, maksudnya kecepatan penggarapan. Q yang kedua adalah quality, maksudnya tercapai sebuah hasil garapan yang berkulitas baik. Lalu, Q yang ketiga adalah quantity, maksudnya tercapai sebanyak-banyak hasil garapan dengan cepat dan berkualitas baik.



Copyeditor

Pekerjaan copyeditor tidaklah menyenangkan bahkan dapat disebut cenderung membosankan. Bagaimana tidak? Copyeditor harus memelototi naskah berkali-kali, mengernyitkan dahi begitu menemukan kebingungan, dan menguras pikiran untuk menemukan kata serta susunan kalimat yang terbaik.

Empat kemampuan penting dalam hidup yang dapat dimiliki oleh seorang copyeditor, yaitu:
  1. problem solving (kemampuan memecahkan masalah);
  2. decision making (kemampuan membuat keputusan yang tepat dan akurat);
  3. communicatin skill (kemampuan berinteraksi degan lingkungan kerja);
  4. time management (kemampuan mengelola waktu).

Kompetensi copyeditor
  1. mampu menulis sehinga memahami tulian buruk dan tulisan baik;
  2. memiliki wawasan akan tren dunia penerbitan;
  3. menguasai bahasa Indonesia dan bahasa asing;
  4. memahami bahasa sastra dan kesusastraan;
  5. memiliki rasa percaya diri yang tinggi;
  6. menguasai perkembangan teknologi, terutama desktop  publishing;
  7. mampu membangun jejaring dengan tokoh atau institusi yang berhubungan dengan penerbitan buku;
  8. aktif dan menojol dalam komunitas perbukuan;
  9. bersahabat dengan kamus;
  10. memiliki kepekaan bahasa;
  11. memiliki ketelitian dan kesabaran;
  12. memiliki keluwesan;
  13. memiliki kepekaan terhadap SARA dan pornografi;
  14. memahami kode etik penyuntingan naskah.

Kode Etik Penyunting Naskah/ copyeditor
  1. penyunting naskah wajib mencari informasi mengenai penulis naskah sebelum mulai menyunting naskah;
  2. penyunting naskah bukanlah penulis naskah;
  3. penyunting naskah wajib menghormati gaya penulis naskah;
  4. penyunting naskah wajib merahasiakan informasi yang terdapat dalam naskah yang disuntingnya;
  5. penyunting naskah wajib mengkonsultasikan hal-hal yang mungkin akan diubahnya dalam naskah;
  6. penyunting naskah tidak boleh menghilangkan naskah yang akan, sedang, atau disuntingnya.


Tujuh aspek yang diedit, yakni:
1.      readability (keterbacaan) dan legibility (kejelasan);
2.      konsistensi atau ketaatasasan;
3.      tata bahasa atau kebahasaan;
4.      gaya bahasa;
5.      ketelitian data dan  fakta;
6.      legalitas dan kesopanan;
7.      rincian produksi (spesifikai produk).
 
Daftar pertanyaan untuk memulai mengedit.

Berkaitan dengan sasaran pembaca
  1. Siapa pembaca sasaran utama buku ini?
  2. Seberapa banyak pembaca yang ingin tahu tentang buku ini?
  3. Seberapa banyak pembaca yang akan mengunakan buku ini? Apakah ini bacaan santai atau bacaan professional? Apakah ini buku referensi ataukah buku yang cukup sekali baca?

Berkaitan dengan teks
  1. Seberapa panjang naskah ini (jumlah halamnnya)?
  2. Bagaimana format naskah?
Untuk editing naskah tercetak. Apakah teks berspasi ganda? Berapa jumlah kata dalam satu halaman? Bagaimana keterbacaan font? Cukup leluasakah besar marjin?
Untuk naskah editing monitor. Program pengolah kata apa yang digunakan oleh penulis? Apakah penerbit sudah mengkonversi file penulis ke program lain atau format lain?
  1. Apakah naskah mengandung bahan-bahan lain di luar teks, seperti catatan kaki, table, indeks, atau foto?

Berkaitan dengan jenis editing
  1. Tingkat editing mana yang diminta?
  2. Apakah permintaan tersebut didasarkan pada konsentrasi jadwal atau biaya?
  3. Apakah orang yang meminta Anda telah membaca keseluruhan naskah atau membaca sekilas bagian tertentu?
  4. Berapa lama waktu dan biaya yang dialokasikan utuk copyediting?
  5. Apakah copyeditor mampu melakukan editing substansi?
  6. Apakah copyeditor mampu mengecek angka di dalam tabel?

 Berkaitan dengan gaya selingkung
  1. Buku petunjuk gaya mana yang dipilih? Kamus apa yang dipilih?
  2. Adakah panduan gaya selingkung atau daftar cek editorial yang dipilih?
  3. Adakah edisi sebelumnya atau naskah pembanding yang dapat disarankan?
  4. Apakah naskah terdiri atas beberapa seri?

Berkaitan dengan pengarang/ penulis
  1. Siapa pengarang atau penulis buku? Apakah dia pemula atau penulis kawakan?
  2. Sudahkah pengarang/ penulis  melihat contoh hasil editing?
  3. Sudahkah pengarang/penulis memberi tahu jenis editing apa (atau tingkatan editing) yang diperlukan?

Berkaitan dengan detail administrasi
  1. Kepada siapa copyeditor dapat bertanya langsung tentang permasalahan yang timbul selama proses editing?
  2. Kapan deadline untuk copyediting secara lengkap? Apakah hal itu sudah pasti?


Pra-penyuntingan naskah

Sebelum memulai menyunting naskah, ada beberapa hal yang harus diperhatikan dan diperiksa copyeditor, yaitu:
  1. kelengkapan naskah;
  2. ragam naskah;
  3. daftar isi;
    1. apakah daftar isi sesuai dengan naskah?
    2. bagaimana sistematika atau susunan nskah?
    3. apakah penulis menggunakan kata bab atau tidak?
    4. apakah system pada daftar isi sesuai dengan sistematika pada naskah?
  4. subbab dan sub-subbab;
  5. ilustrasi/ table/gambar;
  6. catatan kaki;
  7. informasi penulis;
  8. membaca naskah secara keseluruhan.
a. apakah naskah sudah sistematis?
b. sistematika penulisan bagaimana?
c. adakah istilah-istilah asing bagi penyunting?
d. istilah yang digunakan konsisten/ tidak?
e. berbau SARA atau PORNOGRAFI?

Penyuntingan naskah
Untuk dapat melakukan penyuntingan naskah dengan baik, seorang penyunting naskah perlu memeriksa hal-hal berikut:
  1. ejaan;
  2. tatabahasa;
  3. kebenaran fakta;
  4. legalitas;
  5. konsistensi;
  6. gaya penulis;
  7. konvensi penyuntingan;
  8. gaya penerbit/ gaya selingkung.


Ejaan
“Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan” mengatur hal-hal berikut:
  1. pemakaian huruf;
  2. pemenggalan kata;
  3. pemakaian huruf kapital;
  4. pemakian huruf miring;
  5. pemakaian tanda baca;
  6. penulisan kata;
  7. penulisan singkatan dan akronim;
  8. penulisan angka dan bilangan;
  9. penulisan unsur serapan.

Tatabahasa
bentuk kata
1.      bentuk sama, makna berbeda (menguap (air), menguap (tanda mengantuk));
2.      bentu mirip, makna berbeda (sah (resmi), syah (raja));
3.      Bentuk benar dan bentuk salah kaprah.

Bentuk yang benar
Bentuk yang salah
andal
handal
anutan
panutan
dimungkiri
dipungkiri

pilihan kata
segala: film itu untuk segala umur.
segenap: segenap lapisan masyarakat ikut merayakan Proklamasi Kemerdekaan RI ke-60.
seluruh: seluruh ruangan bergema.
semua: semua bertepuk tangan ketika Pak RT selesai berpidato.

 pemakaian kata tertentu
  1. kata adalah/ ialah. Sesudah kata adalah/ialah tidak diperlukan tanda baca titik dua (:) tetapi langsung diikuti kata-kata atau bagian kalimat selanjutnya. Contoh:
Jakarta adalah ibu kota Indonesia.
  1. kata yaitu/ yakni. Sesudah kata yaitu/ yakni tidak diperlukan tanda baca titik dua (:), tetapi langsung diikuti kata-kata atau bagian kalimat selanjutnya. Contoh:
Anak Pak Darwin dua orang, yaitu Tono dan Tuti.
  1. awalan terikat antar
Benar
Salah
antarbangsa
Antar  bangsa Asia dan Eropa
antarbenua
Antar kedua  Negara






  1. kata beberapa
Benar
Salah
Beberapa buku
Beberapa buku-buku
Beberapa gedung
Beberapa gedung-gedung
Beberapa penerbit
Beberapa penerbit-penerbit

  1. kata banyak
Benar
Salah
Banyak rumah
Banyak rumah-rumah
Banyak buku
Banyak buku-buku
Banyak majalah
Banyak majalah-majalah

Kalimat
  1. kalimat melingkar
kalimat melingkar ialah kalimat yang melingkar terlebih dahulu, sebelum sampai ke maksud sebenarnya. Contoh:
    1. Kelebihan kamus ini, selain memiliki jumlah entri yang banyak, adalah adanya contoh pengunaan kata dalam kalimat.
    2. Dalam kehidupan sehari-hari, manusia selain melakukan kegiatan pokok hidupnya, juga memerlukan kegiatan yang bersifat hiburan untuk kepuasaan batinnya.
  1. kalimat membosankan.
kalimat membosankan ialah kalimat yang mengandung dua buah kata yang berasal dari kata dasar yang sama. Contoh:
    1. Saya memandang pemandangan yang indah.
    2. Kejadian itu sudah sering terjadi di sini.
  1. kalimat salah kaprah.
Kalimat salah kaprah ialah kalimat yang tidak mempunyai unsur tertentu atau mengandung kesalahan penggunaan kata-kata tertentu sehingga kalimat itu terasa janggal. Contoh:
    1. Air lumpur menjadi merah oleh darah.
    2. Anak Raja Daha sangat cantik wajahnya, begitu pula anak Raja Keling sangat tampan.
  1. Kalimat Mubazir
Kalimat Mubazir ialah kalimat yangmengandung kata-kata berlebihan atau kata-kata yang tidak diperlukan. Contoh:
    1. Dari penjelasan tersebut di atas, dapat ditarik kesimpulan berikut.
    2. Ibu telah berkali-kali membicarakan mengenai  perlunya disiplin di rumah.
    3. Dia sudah berangkat menuju ke Bali dua hari yang lalu.
  1. Kalimat Rancu
Kalimat Rancu ialah kalimat yang susunannya sedemikian rupa sehingga maknanya sulit dipahami atau tidak jelas. Contoh:
    1. Bagi warga DKI yang akan mendirikan bangunan wajib memiliki surat Izin Mendirikan Bangunan.
    2. Melalui penelitian ini akan memberikan manfaat yang besar bagi pengembangan pariwisata di tanah air.


Kebenaran Fakta
1.      Fakta Geografis
2.      Fakta Sejarah
3.      Nama diri
4.      Fakta ilmiah
Rumus
Betul
Salah
Air
H2O
H2O
Garam
Na Cl
NaCl
Einstein
E= Mc2
E= Mc2

Legalitas
1.      Hak cipta
    1. Sebuah naskah yang berbau plagiat sebaiknya tidak diterbitkan.
    2. Pengalihan penerbitan buku dari satu penerbit ke penerbit yang lain hendaknya dibuktikan dengan pengembalian hak penulis.
    3. Dalam penerbitan bunga rampai (antologi), editor bunga rampai harus dapat menunjukkan pada penerbit bahwa dia sudah mendapatkan izin untuk menghimpun tulisan dalam bunga rampai.
    4. Tiap kutipan teks dalam naskah yang akan diterbitkan harus ada sumbernya.
    5. Tiap reproduksi ilustrasi/ gambar yang akan diterbitkan harus ada sumbernya.
    6. Naskah orang yang telah meninggal hanya boleh diterbitkan jika sudah ada izin dari ahli waris.
2.      Kejaksaan Agung

Konsistensi
1.      Sistematika Bab.
2.      Jenis huruf.
3.      Nama Geografis.
4.      Nama diri
5.      Ejaan.


Gaya penerbit/ gaya selingkung

  1. Kulit Depan
Pada kulit depan (kaver depan) buku biasanya tercantum logo penerbit, judul buku, dan nama pengarang/penulis.
  1. Halaman prancis
Halaman prancis ialah halaman pertama buku setelah kulit depan dan biasanya memuat judul buku, paling tidak, judul ini bisa dibuat dengan tiga variasi, yaitu dengan huruf kapital semua, campuran, atau  huruf  kecil semua.

  1. Halaman Hak cipta
Halaman Hak Cipta ialah halaman setelah halaman judul utama buku. Halaman ini biasanya memuat judul buku, nama pengarang, kode penerbit dan nomor buku, hak cipta, nama dan alamat penerbit, dan larangan pengutipan tanpa izin.
  1. Letak daftar isi
Ada dua pendapat mengenai letak daftra isi. Ada yang meletakannya sebelum kata pengantar dan ada pula yang meletakannya sesudah kata pengantar.
  1. Nomor Bab
Ada dua pendapat mengenai pencantuman kata bab. Pertama, penerbit mencantumkan kata bab, kemudian disusul nomor bab. Kedua, penerbit tidak mencantunkan kata bab, tetapi langsung ditulis nomor babnya saja.
  1. Judul Bab
Judul bab lazimnya ditaruh pada bagian atas halaman. Ditinjau dari segi letaknya, judul bab biasanya berada pada tiga posisi, yaitu di sebalah kiri, di tengah, dan di sebalah kanan. Dari segi huruf yang digunakan. Pertama, huruf kapital semua. Kedua, campuran, huruf kapital dan huruf kecil. Atau pun huruf kecil semua.
  1. Judul buku dan judul Bab pada halaman isi.
  2. Informasi tentang Penulis.
  3. Nomor Halaman.
  4. Kulit Belakang.
    

Pasca Penyuntingan naskah

Penyunting naskah mengecek kembali
  1. kelengkapan naskah
    1. halaman kulit muka
    2. halaman prancis
    3. halaman pelanggaran hak cipta
    4. halaman judul utama
    5. halaman hak cipta
    6. halaman persembahan
    7. halaman daftar isi
    8. halaman daftar tabel
    9. halam ilustrasi
    10. halaman daftar singkatan
    11. halaman daftar lambang
    12. prakata
    13. kata sambutan
    14. kata pengantar
    15. pendahuluan
    16. catatan kaki
    17. daftar kata
    18. daftat istilah
    19. daftar pustaka
    20. lampiran
    21. indeks
    22. biografi
    23. sinopsis

Untuk memeriksa kelengkapan naskah, sebaiknya setiap penyunting memiliki daftar periksa.

  1. Nama penulis.
Nama penulis haruslah konsisten dalam sebuah buku mulai dari kulit depan- kulit belakang, minimal di tuliskan pada empat tempat, yakni.
a.       kulit depan
b.      judul utama
c.       halaman hak cipta
d.      biografi singkat
  1. Kesesuaian daftar isi dan isi naskah
Apa yang tertera pada dafar isi harus sama dengan apa yang terdapat alam isi naskah.
  1. Tabel/ Ilustrasi/Gambar
Penyunting naskah harus memeriksa kesesuaian tabel yang disebutkan pada daftar tabel yang ada dalam tabel.
  1. Prakata/kata sambutan/ kata pengantar
  2. Sistematika bab
Sistematika tiap bab haruslah sama. Jika pada bab 1 digunakan angka arab untuk subbabnya, pada bab 2 dan bab-bab selanjutnya juga harus digunakan angka arab.
  1. Daftar Pustaka
  2. Dua hal yang perlu diperhatikan oleh penyunting, yaitu urutan bahan acuan
Sistematika penulisan setiap bahan acuan.
Sistem 1
Kosasih, Ahmad. 2009. Belajar Menyanyi. Cimahi: Swadaya
Sistem 2
Kosasih, Ahmad., Belajar Menyanyi, Cimahi: Swadaya
  1. Daftar Kata/istilah
  2. Lampiran
Tidak setiap naskah  memerlukan lampiran. Naskah yang merupakan hasil penelitian biasanya sarat dengan lampiran.
  1. Indeks.
Buku-buku ilmiah dan buku-buku referensi biasanya ada indeksnya. Hal ini dimaksudkan untuk mempermudah pembaca mencari istilah atau nama tertentu dalam buku.
  1. Biografi singkat
maksudnya semacam pertanggungjawaban penulis naskah/ buku terhadap pembaca.
  1. Sinopsis
Setiap buku hendaknya mempunyai sinopsis yang berisi ringkasan buku.
  1. Nomor halaman
  2. Siap diserahkan


Tips PenyuntingNaskah
  1. Penyunting naskah adalah pembantu penulis naskah.
  2. Penyunting naskah  harus selalu rendah hati dalam menghadapi penulis  naskah meskipun ada kemungkinan penyunting naskah lebih pintar dan lebih tinggi ilmunya daripada penulis naskah.
  3. Dari segi penulisan naskah, pada dasarnya penulis naskah dibagi menjadi tiga golongan, yaitu:
    1. penulis pemula;
    2. penulis semi-profesional;
    3. penulis professional.
  4. Dari segi watak dan tempramen penulis naskah, pada dasarnya penulis dapat dibagi menjadi tiga golongan, yaitu:
    1. penulis yang gampang;
    2. penulis yang sulit;
    3. penulis yang sulit-sulit gampang.
  5. Sebelum mulai mengubah-ubah dan mencoret-coret naskah, sebaiknya penyunting naskah berkonsultasi terlebih dahulu pada penulis naskah.
  6. Setiap ragam naskah memiliki ciri tersendiri, sesuai dengan jenjang pendidikan, bidang  keilmuan, usia calon konsumen, dan sebagainya.
  7. Calon penyunting menguasai ejaan dan tatabahasa Indonesia.
  8. Calon penyunting naskah mengikuti perkembangan bahasa dan istilah yang hidup dalam masyarakat dan dalam dunia ilmu.
  9. Menguasai keterampilan menulis dan keterampilan menyusun indeks.
  10. Setelah buku yang disunting diterbitkan, sebaiknya penyunting naskah cepat-cepat membaca dan memeriksa buku itu kembali.
  11. Penyunting naskah harus memperhatikan hal-hal yang berbau SARA, Pornografi.
  12. Penyunting naskah sebaiknya menguasai salah satu bahasa asing, minimal pasif.